3 Kg Cacing di Perut Seorang Bocah
1:19 AM Edit This 0 Comments »
Ini kejadian GAK MUNGKIN REPOST atau HOAX, ini ane sendiri liat dengan mata kepala ane & ane yg foto2in..
Langsung aja yah, Kronologisnya
Tadi Siang (27/4/10) ada kejadian yg cukup heboh di salah satu RS di Bandung
Ane bertugas sbg asisten dokter anastesi disana...
Datang seorang bocah berusia sekitar 10 tahun ke UGD RS tsb dengan keluhan tidak bisa buang air besar alias BAB selama 4 hari.. Perut penderita udah kembung & terlihat besar...
Diagnosa sementara adalah Ileus Obstruktif ( Sumbatan di Usus Halus)
Langsung aja kita persiapkan operasi karena emang satu2nya jalan adalah dengan pembedahan.
Setelah anastesi berjalan, dibukalah perut anak itu, ternyata..........
(Langsung ke Pic aja yah, awas DP bagi sebagian orang yang gaq tahan)
Spoiler for foto2 proses operasinya:
Insisi pertama, cacingnya langsung muncrat
Spoiler for Hasilnya 3 KG Cacing:
Kaya Mie Udon & Spaghetti yah
Beratnya sekitar 3kg setelah dikurangi berat baskom
Spoiler for Anaknya Gan:
Next Akan Gw Update : Video operasinya
Hasil Operasi : sekitar 3 KG Cacing jenis Ascaris lumbricoides
(estimasi sekitar 500-1000 cacing)
Setelah operasi selesai, keluarga pasien dipanggil.
Begitu tau tentang kondisi anaknya, respon sang ayah ternyata gaq disangka2 : "Oh itu mah udah biasa Dok, anak saya udah beberapa kali dikasih obat cacing, kalo berak gak tuh keluar t*i-nya, keluarnya cacing semua. Udah sering itu Dok"
Dalam hati gw : Gila nih bapak, anak BAB cacing udah biasa...
Ini pelajaran yang penting banget Gan...
Di Indonesia ternyata kasus semacam ini masih aja terjadi..
Bukti bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan sangatlah rendah..
Setelah sakit baru mereka sadar kalo kesehatan itu sangatlah mahal
Atas Permintaan Juragan2 Sekalian, gw tambahin penjelasan tentang
Penyakit Cacingan / Askariasis :
Spoiler for Penjelasan ttg Cacingan / Askariasis:
Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.
Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur.
Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.
Etiologi
Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.
Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.
Siklus
Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru.
Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa.
Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.
Diagnosis
Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
Gejala Klinis
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.
Pengobatan
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, mebendazol, albendazol, piperasin.
Pencegahan
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini.
Semoga infonya berguna gan...
Langsung aja yah, Kronologisnya
Tadi Siang (27/4/10) ada kejadian yg cukup heboh di salah satu RS di Bandung
Ane bertugas sbg asisten dokter anastesi disana...
Datang seorang bocah berusia sekitar 10 tahun ke UGD RS tsb dengan keluhan tidak bisa buang air besar alias BAB selama 4 hari.. Perut penderita udah kembung & terlihat besar...
Diagnosa sementara adalah Ileus Obstruktif ( Sumbatan di Usus Halus)
Langsung aja kita persiapkan operasi karena emang satu2nya jalan adalah dengan pembedahan.
Setelah anastesi berjalan, dibukalah perut anak itu, ternyata..........
(Langsung ke Pic aja yah, awas DP bagi sebagian orang yang gaq tahan)
Spoiler for foto2 proses operasinya:
Insisi pertama, cacingnya langsung muncrat
Spoiler for Hasilnya 3 KG Cacing:
Kaya Mie Udon & Spaghetti yah
Beratnya sekitar 3kg setelah dikurangi berat baskom
Spoiler for Anaknya Gan:
Next Akan Gw Update : Video operasinya
Hasil Operasi : sekitar 3 KG Cacing jenis Ascaris lumbricoides
(estimasi sekitar 500-1000 cacing)
Setelah operasi selesai, keluarga pasien dipanggil.
Begitu tau tentang kondisi anaknya, respon sang ayah ternyata gaq disangka2 : "Oh itu mah udah biasa Dok, anak saya udah beberapa kali dikasih obat cacing, kalo berak gak tuh keluar t*i-nya, keluarnya cacing semua. Udah sering itu Dok"
Dalam hati gw : Gila nih bapak, anak BAB cacing udah biasa...
Ini pelajaran yang penting banget Gan...
Di Indonesia ternyata kasus semacam ini masih aja terjadi..
Bukti bahwa kepedulian masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan sangatlah rendah..
Setelah sakit baru mereka sadar kalo kesehatan itu sangatlah mahal
Atas Permintaan Juragan2 Sekalian, gw tambahin penjelasan tentang
Penyakit Cacingan / Askariasis :
Spoiler for Penjelasan ttg Cacingan / Askariasis:
Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit.
Hospes atau inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur.
Penyakit ini sifatnya kosmopolit, terdapat hampir di seluruh dunia. Prevalensi askariasis sekitar 70-80%.
Etiologi
Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar 22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi.
Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.
Siklus
Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dubuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris.
Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru.
Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa.
Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.
Diagnosis
Diagnosis askariasis dilakukan dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut.
Gejala Klinis
Gejala klinis akan ditunjukkan pada stadium larva maupun dewasa.
Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak nafas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu.
Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen.
Pengobatan
Pengobatan askariasis dapat digunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, mebendazol, albendazol, piperasin.
Pencegahan
Di Indonesia, prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak-anak. Penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan yang baik. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini.
Semoga infonya berguna gan...
0 comments:
Post a Comment